Cinta
itu rumit. Terlebih ketika aku memandang wajahmu.
Ada
rasa teduh disana, kerinduan, rasa sayang, dan juga benci.
Ya,
aku membenci mu. Membencimu yang pernah mengkhianati perasaan
cintaku.
Ketika
kau menyampingkan perasaan mu kepadaku.
Ketika
kau menghujam ku dengan kenangan masa lalu mu yang membuat mu pilu.
Sayang,
aku tidak penah bermasalah dengan masa lalu mu.
Hasil
dari pengkhianatan mu tentu membuat ku selalu waspada dengan masa
lalu mu.
Lalu,
kau meminta ku untuk tidak membuka masa lalu mu?
Aku
tidak pernah membuka masa lalu mu.
Hingga
kau sendiri yang membuka luka itu, dan mengkhianati ku.
Sampai
pada akhirnya, kau meminta maaf pada ku, dan dengan ikhlas ku terima
maaf mu.
Bodoh?
Memang. Aku memang bodoh.
Pengkhianatan
itu sangatlah kejam.
Bahkan
bagi orang orang yang mendengar cerita itu.
Tapi
apa daya ku?
Aku
mencintai mu tulus.
Pengkhianatan
mu akan selalu ku anggap sebagai kebodohan mu,
seperti
yang selalu kamu bilang padaku bahwa, perasaan ego untuk masa lalu mu
itu datang sebentar,
dan
sekarang sudah pergi, tidak meninggalkan perasaan apapun.
Aku
mencintaimu.
Kebodohan
mu, tawa mu, canda mu, pelukan mu, hingga kecupan di kening ku.
Aku
akan terus mencintai mu.
Kemarin,
sekarang, hingga nanti.
Seberapa
besar kesalahan mu, akan selalu kumaafkan,
karena
aku mencintai mu.
Biarlah
hanya aku seorang diri yang sangat mencintaimu.
Cinta
itu, rumit bukan?